24/03/15

Apa itu Selfie ?


SELFIE


Kata yang tidak asing. Hampir semua kita paham. Pernah melakukan malah. Foto sendiri. Diupload di Medsos sendiri. “Like” sendiri. Senyum-senyum sendiri. Bangga sendiri. Memuji sendiri. Aiih..!!

Ya, dunia memang sudah berubah. Selfie menjadi cara simpel untuk menyampaikan pesan tentang diri. Dengan selfie, pesan yang kompleks bisa disampaikan dengan mudah. Setidaknya, selfie akan membuat bangga. Membuat orang lain menjadi tahu, ini loh saya.. !

Yes..! Istilah selfie memang begitu populer sekarang. Hampir seluruh planet ini demen dengan yang namanya selfie, kecuali yang tidak... Dinegeri entah, hingga negeri ini. Sebut saja presiden JKW yang demen diajak selfie. Juga SBY, mantan presiden kita, yang pernah selfie dengan PM Malaysia.

Kejadian selfie paling heboh dilakukan presiden AS Barrack Obama. Bersama PM Inggris, David Cameron, dan PM Denmark, Helle Thorning Schmidt, saat prosesi pemakaman mantan Presiden Afsel, Nelson Mandela, awal Desember 2013 lalu. Kontroversi, tentu saja. Banyak kecaman. Ditengah kesedihan rakyat Afsel, mereka bersenang-senang denga selfie.

Demikian juga calon pewaris tahta Kerajaan Inggris. Dia berselfie dengan seorang gadis berumur 12 tahun, Madison Lambe, saat berkunjung ke Sandringham House. Bahkan Paus Fransiskus juga tak ketinggalan. Pada 2013 lalu, Paus melakukan selfie bersama emapat anak muda dari keuskupan Pazenza Italia di Gereja Basilica St. Peter, Vatikan.

Tak hanya di bumi, trend selfie juga berlaku di luar angkasa. Astronot Aki Hosida dari Japan Aerospace Exploration Agency, tahun 2012 melakukan selfie saat dia melakukan misi ke luar angkasa. Bahkan ada seorang perawat di sebuah RS di Barat berselfie dengan jenazah pasiennya. Akibatnya, ia di kecam dan konon dipecat.

Demikian juga banyak jamaah haji yang berselfie di depan Ka’bah. Ada pula yang berpura-pura sedang berdoa dengan baju ihram, lalu diupload. Tidak ketinggalan berselfie di gereja, vihara, pura, dan tempat-tempat unik lainnya..!

Apa akibat dari trend selfie ? Banyak..! Beberapa orang mengalami kecelakaan saat selfie. Berselfie di pinggir sungai, kemudian diterkam buaya. Entah itu benar atau tidak. Wallahu a’lam.

Ya, selfie kedepan akan menjadi ternd yag makin aduhai. Apalagi sekarang muncul Smartphone dengan kamera depan beresolusi tinggi. Biasanya, kamera depan lebih kecil dari kamera belakang. Taglinenya menyasar kenyamanan untuk berselfie ria. Ditambah pula tongkat narsis, atau disingkat “tongsis”. Intinya, selfie semakin menggila saat ini, maupun yang akan datang.

PSIKOLOGI SELFIE

Nah, bagaimana psikologi selfie itu..? Biasanya, selfie di hubungkan dengan narsis. Berfoto sendiri, kemudian di upload di Medsos sendiri. Lalu muncul perasaan-perasaan tertentu. Bangga, senang, puas, dan merasa gimana gitu deh. Tapi, kalau sehabis selfie terus disimpen dalam file sendiri, tidak di bahas disini.

Karena hubungannya narsis, hal yang pas dengan psikologi narsis. Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder disebutkan narsis termasuk dalam gangguan mental (mental disorder). Banyak orang tidak sadar kalau narsis itu ternyata gangguan mental. Terus apa gejalanya..?

Pertama, selfie membuat pelakunya mementingkan diri sendiri. Melebih-lebihkan prestasi dan bakat. Ada harapan agar di kenal sebagai orang unggul. Istilahnya, pamer, ini loh gue hebat!!



Kedua, Nampak ingin menunjukkan kebanggaan dengan fantasinya. Bahasa sederhananya, ini saya berhasil, memiliki kekuatan, kepintaran, kecantikan atau kasih cinta yang ideal dengan pasangan. Orang bilang, sok mesra dengan pasangan..!!



Ketiga, bisa saja muncul PeDe bahwa dirinya sangat spesial. Seakan-akan bicara begini: ini lho saya bisa bergabung atau bergaul dengan orang-orang hebat, orang yang memiliki status tinggi.




Keempat, muncul keinginan mendapatkan pujian yang berlebih dari orang lain karena aksinya. Bahasa jawanya, pengendi alem. Kelima, berkurangnya rasa empati terhadap sesama. Misalnya, saat berselfie di depan hotel, pada saat yang sama orang lain dalam keaadaan miskin. Keenam, muncul dengan atau tanpa sengaja sifat arogan. Ketujuh, jika selfie dalam bentuk kesedihan, maka ingin menunjukkan pribadi yang emosiaonal dan lemah. Bahasa orang-orang, mellow dech..!

Terus bagaimana donk..? Ya, selfie bisa berdampak, bisa juga tidak. Ada yang serius dampaknya. Ada pula yang ringan. Bahkan ada yang tidak berdampak sama sekali. Tingkat dampaknya terpulang dari niat masing-masing. Kembali kepada tujuan. Juga kembali kepada tingkat kenekatan fantasi selfienya.

Bagaimana dengan selfie yang tidak berdampak ? Iya. Kalau selfie hanya sekedar fun, tidak bemaksud pamer, apalagi sombong, ya tidak berdampak. Tapi ingat, niat fun tidak selalu dipahami orang lain. Berdampak serius baik pada diri sendiri maupun orang lain jika dilakukan berlebihan.

Jadi, silahkan berselfie, tapi tatalah hati dengan baik. Ukur kewajarannya. Ukur pula dengan kacamata rasa orang lain. Solanya niat baik tidak selalu berbanding lurus dengan hal baik. Apalagi niatnya buruk. Wallahua’lam.
                                                **************** 

Di ambil dari majalah Bimas Islam 2014

Tidak ada komentar:



blog design

Share this PostShare to FacebookShare to TwitterEmail ThisPin ThisShare on Google Plus